Jakarta | pikiranrakyat.org – Ketua MPR RI, Bambang Soesatyo, meresmikan Alumni Connect yang diadakan oleh Perhimpunan Pelajar Indonesia Dunia (PPI Dunia) di Jakarta. Dia mengajak PPI Dunia dan Alumni Connect PPI Dunia untuk memanfaatkan sepenuhnya bonus demografi yang sedang dialami Indonesia.
Menurut Bambang, bonus demografi dapat memberikan keuntungan bagi pembangunan nasional. Namun, dia berharap bonus demografi ini tidak menjadi bencana akibat kurangnya kemampuan dalam mengelola sumber daya pemuda.
“Bonus demografi Indonesia mencapai puncaknya sekitar tahun 2030, di mana jumlah penduduk Indonesia diperkirakan mencapai 285 juta hingga 300 juta jiwa. Dari jumlah tersebut, sekitar 70 persen, atau sekitar 199,5 juta hingga 210 juta jiwa, adalah kelompok usia produktif antara 15-44 tahun,” ungkap Bamsoet dalam keterangannya pada Jumat (26/5/2023).
Bamsoet menyatakan bahwa Alumni Connect bukan hanya sekadar acara silaturahmi, tetapi juga bertujuan untuk membangun jaringan dan merekonstruksi gagasan serta pemikiran mengenai isu-isu penting, terutama dalam memperkuat ketahanan perekonomian nasional melalui pariwisata, ekonomi kreatif, dan inovasi teknologi.
Saat memberikan Public Lecture dalam Alumni Connect PPI Dunia, Bamsoet menjelaskan bahwa sektor pariwisata telah menjadi salah satu penyumbang pendapatan devisa negara selama beberapa dekade. Antara tahun 2015 hingga 2019, pendapatan devisa negara dari sektor pariwisata terus meningkat dari US$ 10,8 miliar menjadi US$ 17,76 miliar.
“Setelah pandemi COVID-19 menghancurkan pendapatan devisa tersebut hingga titik terendah hanya sebesar US$ 0,49 miliar, sektor pariwisata mulai pulih dengan sumbangan devisa sebesar US$ 4,26 miliar atau naik lebih dari 769 persen pada tahun 2022, dan diproyeksikan akan naik menjadi US$ 5,95 miliar pada tahun 2023,” jelasnya.
Selain sektor pariwisata, pertumbuhan ekonomi digital juga memberikan kontribusi yang signifikan. Pada tahun 2022, ekonomi digital Indonesia mencapai US$ 77 miliar, sebanding dengan 40 persen dari total pangsa pasar digital ASEAN, yang merupakan yang tertinggi di kawasan Asia Tenggara. Nilai ekonomi digital Indonesia diperkirakan mencapai US$ 130 miliar pada tahun 2025.
“Dunia akan mengalami perubahan besar, terutama dalam kehidupan sosial dan ekonomi digital, terutama dengan adanya perkembangan teknologi baru seperti metaverse, web 3, cryptocurrency, NFT, blockchain, dan kecerdasan buatan,” kata Bamsoet.
“Dalam contoh yang diberikan, volume penjualan NFT di seluruh dunia telah mencapai US$ 24,9 miliar atau sekitar Rp 357 triliun. Sementara itu, nilai aset kripto di dunia sudah mencapai US$ 3 triliun,” tambahnya.
Meskipun terdapat kemajuan-kemajuan tersebut, masih ada berbagai tantangan dan masalah yang harus dihadapi. Salah satunya adalah kondisi perekonomian global yang sedang mengalami ketidakstabilan.
Bambang menjelaskan bahwa Forum Ekonomi Dunia tahun 2023 memproyeksikan pertumbuhan ekonomi global akan melambat sebesar 1,7 persen. Pelambatan ekonomi dunia ini diperkirakan terjadi pada 95 persen negara maju dan 70 persen negara berkembang.
“Kondisi ini diperparah oleh situasi geopolitik global yang dipenuhi dengan konflik dan ketegangan politik. Beberapa contohnya adalah perang antara Rusia dan Ukraina, eskalasi ketegangan antara China dan Taiwan, potensi konflik di Semenanjung Korea, memburuknya hubungan antara Turki dan Yunani, serta ketegangan di Laut China Selatan,” pungkasnya.
Acara ini dibuka oleh Bambang bersama Wakil Presiden RI KH Maruf Amin. Hadir pula dalam acara tersebut Direktur Utama BNI, Royke Tumilaar, Koordinator PPI Dunia, Achyar Al Rasyid, serta Sekretaris Jenderal PPI Dunia, Zafran Akhmadery Arif.(Rz)