Mojokerto | pikiranrakyat.org – Keluhan mengenai mahalnya harga seragam sekolah di Jawa Timur semakin merebak. Setelah muncul di Tulungagung, kini giliran wali murid di Kabupaten dan Kota Mojokerto yang mengalami masalah serupa. Salah satu contohnya adalah keluhan dari seorang ibu berinisial ST (40) yang memiliki dua anak di SMKN 1 Sooko, Kabupaten Mojokerto, Selasa (25/7/2023).
ST harus mengeluarkan uang sebesar Rp 2.055.000 untuk membeli seragam putrinya. Sang putri merupakan siswi baru di jurusan akuntansi di sekolah tersebut. Uang tersebut mencakup pembelian beberapa jenis seragam, yaitu seragam batik seharga Rp 495 ribu, seragam pramuka Rp 485 ribu, seragam abu-abu dan putih Rp 485 ribu, seragam olahraga Rp 210 ribu, atribut sekolah Rp 260 ribu, serta 3 pcs kerudung seharga Rp 120 ribu. Selain itu, harga tersebut juga termasuk biaya jahit dari Griya Jumput Cahaya SMKN 1 Sooko.
Menurut ST, harga seragam di SMKN 1 Sooko terbilang mahal baginya. Ia merasa terkejut karena ketika membeli kain seragam di pasar beberapa waktu lalu, ia hanya menghabiskan biaya sekitar Rp 170 ribu per setel seragam. Dengan tambahan biaya jahit sebesar Rp 175 ribu, totalnya hanya mencapai Rp 345 ribu per setel.
ST juga menyatakan bahwa kualitas kain yang dibelinya di pasar tersebut sangat baik, lembut, dan nyaman dipakai. Ia juga menggunakannya untuk putri keduanya yang baru masuk MTs, dan kain tersebut ternyata lebih murah meskipun jumlahnya lebih besar dari seragam kakaknya.
Keluhan ini menunjukkan adanya perbedaan harga yang signifikan antara membeli kain seragam dan membeli seragam jadi dari sekolah. Selain itu, para wali murid merasa keberatan dengan biaya yang harus dikeluarkan, terutama jika terdapat pilihan lebih ekonomis di luar sekolah.
Diharapkan pihak sekolah dapat mempertimbangkan ulang harga seragam yang mereka tawarkan agar lebih terjangkau bagi para wali murid. Jika ada perbedaan harga yang signifikan, sekolah sebaiknya memberikan penjelasan mengenai alasan di balik perbedaan tersebut agar para wali murid dapat lebih memahami.
Selain itu, mungkin juga ada pilihan untuk memberikan kebebasan kepada wali murid untuk membeli seragam dari luar, asalkan seragam tersebut memenuhi standar sekolah. Dengan demikian, para wali murid dapat lebih fleksibel dalam memilih opsi yang sesuai dengan kondisi keuangan mereka.
Penting bagi semua pihak terkait, baik sekolah maupun wali murid, untuk berkomunikasi dengan baik guna mencari solusi terbaik yang dapat mengakomodasi kepentingan semua pihak. Semoga permasalahan ini dapat diselesaikan dengan baik sehingga siswa dapat memiliki seragam yang layak tanpa memberatkan para orang tua secara finansial. (In)
 yang memiliki dua anak di SMKN 1 Sooko, Kabupaten Mojokerto, Selasa (25/7/2023).){kind=link}