DEPOK | Pikiranrakyat.org – Tradisi ngaduk dodol kembali mewarnai perayaan Lebaran Depok 2025 yang digelar di kawasan Kali Mulya, Grand Depok City (GDC), Selasa (13/5/2025). Tak hanya menyuguhkan kuliner khas Betawi, kegiatan ini menjadi ajang mempererat kebersamaan warga serta menggali kembali nilai-nilai gotong royong yang telah mengakar dalam budaya lokal masyarakat Depok.
Hal utama dalam mempererat kebersamaan dalam asas nilai gotong royong, diutarakan Anggota DPRD Kota Depok, Hamzah, yang turut hadir dalam kegiatan tersebut, menegaskan bahwa prosesi ngaduk dodol merupakan simbol dari warisan budaya leluhur yang merekatkan relasi sosial antarwarga. Tradisi ini, menurutnya, memiliki nilai yang jauh lebih dalam daripada sekadar proses memasak makanan manis berbahan dasar gula merah dan kelapa.
โNgaduk dodol adalah manifestasi dari nilai gotong royong. Ini bukan semata aktivitas kuliner, melainkan media penguatan kohesi sosial yang telah diwariskan secara turun-temurun oleh para pendahulu kita,โ ujar Hamzah, yang juga menjabat sebagai Sekretaris DPC Partai Gerindra Kota Depok.

Dalam penuturannya, Hamzah menyoroti bahwa dalam kearifan lokal masyarakat Betawi Depok, aktivitas ngaduk dodol selalu melibatkan banyak orang. Proses panjang memasak dodol, yang membutuhkan ketekunan dan kekompakan, diiringi dengan interaksi sosial yang memperkuat ikatan kultural dan emosional antarwarga.
โTak mungkin dodol dihasilkan oleh satu tangan saja. Ini kerja kolektif yang mengharuskan kita untuk berinteraksi, berbagi tawa, dan saling menopang. Itulah inti kebudayaanโrelasi sosial yang hidup dan dinamis,โ tuturnya.
Hamzah juga menggarisbawahi bahwa filosofi dari tradisi ini memiliki relevansi langsung terhadap gagasan pembangunan partisipatif di level kota. Dalam pandangannya, keberhasilan pembangunan Kota Depok tidak bisa hanya bertumpu pada pemerintah semata, melainkan perlu melibatkan keterlibatan aktif dari masyarakat sebagai subjek perubahan.
โKita bisa mengambil pelajaran dari ngaduk dodol: untuk menghasilkan sesuatu yang berkualitas, dibutuhkan kolaborasi yang erat. Begitu pula dalam membangun kota harus dilakukan bersama,โ ungkapnya.
Lebaran Depok 2025 menjadi momentum penting dalam merevitalisasi kekayaan budaya lokal. Beragam tradisi seperti ngubek empang, lenong, bazar kuliner, hingga ngaduk dodol, menjadi pengingat bahwa identitas budaya adalah fondasi sosial yang tak ternilai. Hamzah berharap kegiatan ini dapat terus dilestarikan sebagai ruang edukasi budaya bagi generasi muda.
Ia menambahkan bahwa nilai-nilai seperti kebersamaan, toleransi, dan tanggung jawab sosial yang terkandung dalam tradisi semacam ini harus diinternalisasi dalam kehidupan sehari-hari, bukan hanya sebagai simbol budaya, tetapi juga sebagai panduan moral dalam kehidupan bermasyarakat.