KUNINGAN – Pikiranrakyat.org – Malam takbir Iduladha yang seharusnya dipenuhi gema takbir dan damai justru berubah jadi mimpi buruk di Terminal Paniis, Mandirancan, Kabupaten Kuningan. Ketua dan Wakil Ketua Forum Wartawan Jaya (FWJ) Indonesia Korwil Kuningan menjadi korban pengeroyokan brutal yang diduga dilakukan oleh sekelompok preman berkedok ormas.
Peristiwa mencekam ini terjadi pada Kamis malam, 5 Juni 2025, sekitar pukul 20.55 WIB. Aksi kriminal ini diduga kuat dilakukan oleh oknum dari ormas Al Jabar dan XTC Kuningan. Dalam insiden berdarah tersebut, Irwan Fauzi (Ketua FWJ Kuningan) dan Zaky (Wakil Ketua FWJ) menjadi sasaran kekerasan tidak berperikemanusiaan. Mereka dianiaya secara brutal hingga mengalami luka serius di wajah, kepala, dan tubuh.
Awalnya, Zaky tengah berbincang dengan rekannya di terminal ketika seorang pria mabuk, yang diketahui bernama Hadi alias Kokong, datang dan memicu cekcok. Tak lama berselang, Hadi kembali ke lokasi dengan membawa sekitar 15 orang kawanan berseragam ormas.
“Tanpa basa-basi mereka langsung mengeroyok Zaky. Dipukul, ditendang, diinjak-injak, bahkan ada yang menggunakan senjata tumpul. Saya coba melerai, justru malah ikut dihajar, dijadikan bulan-bulanan seperti bola. Darah mengucur dari kepala dan wajah saya,” ungkap Irwan dengan nada geram.
Tak hanya menganiaya, kawanan brutal tersebut juga merampas ID Pers dan KTP milik Irwan dan Zaky, sambil meneriakkan ancaman maut. “Gua dari Al Jabar, jangan macam-macam lo! Gua bunuh kalian semua!” teriak salah satu pelaku di lokasi kejadian.
Usai insiden, kedua korban segera menuju Polsek Pasawahan untuk melapor dan mendapatkan visum. Mereka kemudian didampingi menuju Polres Kuningan untuk membuat laporan resmi. Pihak kepolisian diminta serius dan tidak tinggal diam dalam menangani kasus pengeroyokan yang jelas-jelas mengancam kebebasan pers dan supremasi hukum.
Fakta mengejutkan lainnya, motif serangan ini diduga bermula dari dendam lama. Zaky pernah diminta warga untuk membantu penggerebekan terhadap Kokong yang dikenal sebagai pengedar obat terlarang. Setelah aksi itu, aktivitas ilegal Kokong berhenti total—dan kini, ia kembali dengan cara yang lebih keji: aksi balas dendam berdarah.
Ketua FWJ Indonesia DPD Jawa Barat, Tony Maulana, menyatakan sikap keras. “Tindakan biadab ini adalah bentuk nyata pelecehan terhadap profesi wartawan. Negara ini bukan milik preman! Kami mendesak polisi menangkap dan memproses hukum seluruh pelaku tanpa pandang bulu,” tegas Tony.
Tony juga menyoroti upaya Pemprov Jawa Barat yang tengah menggagas Satgas Anti Premanisme. “Ini momentum yang tepat! Jangan biarkan ormas-ormas bertameng sosial justru menjadi teror masyarakat,” tambahnya.
Aksi kekerasan terhadap insan pers adalah alarm bahaya bagi demokrasi. Kebebasan pers tak boleh dikalahkan oleh keganasan premanisme. Publik kini menanti: akankah hukum bertaring atau kembali tumpul menghadapi kekerasan bermotif ormas?. (red)