pikiranrakyat.org | Penjualan Non Fungible Token (NFT) mengalami penurunan lebih dari 20 persen selama tujuh hari terakhir dibandingkan dengan minggu sebelumnya. Penurunan ini terjadi setelah beberapa minggu berturut-turut mengalami kenaikan signifikan, terutama pada NFT berbasis Bitcoin (BTC) yang sedang populer.
Menurut laporan dari Bitcoin.com pada Rabu (14/6/2023), dalam tujuh hari terakhir, total penjualan NFT mencapai USD 152,96 juta atau sekitar Rp 2,2 triliun (dengan asumsi kurs Rp 14.870 per dolar AS). Jumlah pembeli NFT juga turun sebesar 63,59 persen.
Dalam hal penjualan berdasarkan platform blockchain, NFT berbasis Ethereum masih mendominasi dengan total penjualan sebesar USD 84 juta atau sekitar Rp 1,2 triliun, yang mewakili pangsa pasar sebesar 54,91 persen di antara 21 blockchain yang berbeda.
Sementara itu, NFT berbasis Bitcoin tetap menduduki posisi kedua dalam hal penjualan, dengan total penjualan sebesar USD 29,41 juta atau sekitar Rp 437,3 miliar. Penjualan NFT berbasis Bitcoin mengalami peningkatan sekitar 25,9 persen dibandingkan dengan minggu sebelumnya.
NFT dengan harga jual tertinggi berasal dari koleksi NFT Derps yang berbasis di blockchain Bitcoin. Namun, koleksi terbesar berdasarkan penjualan minggu ini dimiliki oleh ordinal.
Beberapa koleksi NFT lainnya yang juga berkontribusi pada penjualan terbesar adalah Bored Ape Yacht Club (BAYC), Gods Unchained, Mutant Ape Yacht Club (MAYC), dan Azuki. Meskipun penjualan NFT pada bulan April lebih rendah dibandingkan dengan bulan Maret, namun penjualan pada bulan Mei berhasil melebihi total penjualan NFT pada bulan April.
Dengan adanya penurunan penjualan NFT dalam beberapa hari terakhir ini, menjadi perhatian penting bagi pelaku pasar untuk memahami tren dan perubahan yang terjadi dalam industri ini. Sementara NFT berbasis Ethereum tetap menjadi pemain utama, peningkatan penjualan NFT berbasis Bitcoin menunjukkan bahwa minat terhadap NFT masih ada dan dapat berubah dari waktu ke waktu. (In)