Lampung | pikiranrakyat.org – Pada tanggal 20 September 2022, Pusat Studi Kelautan FMIPA Universitas Indonesia menyelenggarakan acara Focus Group Discussion (FGD) yang bertemakan ‘Penyusunan Strategi Pengelolaan Wisata Bahari Berkelanjutan pada Ekosistem Terumbu Karang di Teluk Lampung’, yang bertempat di Aston Lampung City Hotel, Teluk Betung, dan dihadiri oleh 29 orang yang mewakili 5 stakeholder, terdiri dari kelompok Nelayan Teluk Lampung, Operator Wisata Bahari (Dive Center) Lampung, Lembaga Swadaya Masyarakat, Pengusaha Swasta dan instansi Pemerintah setempat. Kegiatan FGD ini merupakan bagian riset yang mendapatkan pendanaan dari Hibah Klaster/Grup/Pusat Riset 2022 DRPM Universitas Indonesia.
Kepala Pusat Studi Kelautan FMIPA UI, Dr. Riani Widiarti, dalam sambutannya menyampaikan, keterlibatan berbagai pihak menjadi penentu terhadap pengelolaan ‘Wisata Bahari’ yang berkelanjutan.
“Tentunya kami berharap, dari kegiatan ini kita bisa meningkatkan pengelolaan wisata bahari yang berkelanjutan, dengan tetap menjaga kelestarian ekosistem Terumbu Karang serta melibatkan berbagai pihak terkait di Lampung secara sinergis”, ucapnya, Senin 20/9/2022.
Pada kegiatan ‘Diskusi Panel’ yang berjalan sangat aktif tersebut, perwakilan Pengusaha dari Asosiasi Koral, Kerang dan Ikan Hias Indonesia (AKKII), memberikan masukan dari keberhasilan kegiatan transplantasi karang di Bali, yang telah berhasil melibatkan berbagai stakeholder terutama masyarakat setempat. Sebagaimana disampaikan oleh ketua AKKII, Dirga Adiputra Singkaru.
“Program perestorasian Terumbu Karang dengan nama ‘Indonesian Coral Reef Garden’ dilakukan dalam rangka pemulihan ekonomi nasional, dengan melibatkan 10.000 tenaga kerja yang berasal dari tenaga kerja pariwisata terdampak COVID 19. Fokus pekerjaan lebih kepada peletakan berbagai substrat buatan berbentuk Pipa, Meja, Biorock, Roti Buaya, Rumah Batako, dan Patung. Jumlah bibit yang digunakan yaitu: sejumlah 270.000, yang merupakan hasil budidaya selama 6 bulan. Melalui kegiatan ini diharapkan kegiatan wisata bahari juga dapat meningkat, antara lain dengan tersedianya berbagai ‘Dive Spot’ baru sebagai tujuan penyelaman”, ungkapnya.
Adapun perwakilan dari LSM Mitra Bentala yang hadir dalam diskusi ini, Rizani, menyampaikan bahwa dalam menentukan status Terumbu Karang diperlukan adanya Preliminary Study.
“Dibutuhkan adanya ‘Preliminary Study’ untuk dapat menentukan status kondisi terumbu karang di Teluk Lampung”, ujar Rizani. Hal senada disampaikan juga oleh perwakilan ‘Dive center’ dan pengusaha karang.
Dalam perkembangan Wisata Bahari di Teluk Lampung, perwakilan kelompok nelayan menyampaikan adanya benturan terkait berkurangnya area tangkapan akibat privatisasi area untuk kegiatan wisata.
Hal tersebut hendaknya menjadi perhatian pemerintah dalam mengelola zonasi di Teluk Lampung dan sekitarnya. Akan tetapi, kelompok nelayan menyatakan tetap berkomitmen dalam mendukung kelestarian Terumbu Karang untuk Wisata Bahari yang berkelanjutan, sekaligus untuk meningkatkan ketersediaan stok ikan. Seperti yang disampaikan perwakilan salah satu ketua kelompok nelayan, Zuhri.
“Kami siap terlibat dalam pelestarian Terumbu Karang, termasuk untuk kegiatan monitoring yang berkelanjutan”, ucap Zuhri.
Pada akhirnya, kegiatan FGD yang berjalan dengan sangat hangat dan interaktif tersebut, diharapkan oleh semua pihak yang hadir untuk dapat menjadi momentum bangkitnya isu konservasi Terumbu Karang di Teluk Lampung, yang sampai saat ini masih belum menjadi prioritas, sehingga dapat menjadi penunjang pengelolaan Wisata Bahari yang berkelanjutan. (Arifin)