Jakarta | pikiranrakyat.org – Unjuk rasa oleh sekelompok orang yang mengaku sebagai aktivis Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Jakarta, yang bertujuan untuk membela Rocky Gerung yang diduga menghina Presiden Jokowi, telah menimbulkan kontroversi dan keprihatinan di kalangan masyarakat. Dalam aksinya, mereka bahkan sampai membakar bendera Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) DKI Jakarta, yang menimbulkan pertanyaan tentang legitimasi aksi tersebut, Sabtu (5/8/2023).
Kepala Badan Pembinaan, Pendidikan, dan Latihan DPP PDI Perjuangan DKI, Gilbert Simanjuntak, mengecam aksi massa tersebut dan mempertanyakan apakah tindakan tersebut benar-benar atas nama organisasi HMI atau hanya ulah dari sekelompok orang yang mengatas-namakan HMI. Ia berpendapat bahwa jika itu hanya tindakan dari sekelompok orang, maka harus dikecam, karena tidak mewakili seluruh organisasi HMI.
Gilbert juga merasa aneh bahwa HMI, sebagai organisasi mahasiswa yang berlatar belakang reliji, justru membela seseorang yang tidak menghormati orang lain dalam menyampaikan kritik. Menurutnya, seharusnya individu tersebut harus dididik agar lebih sopan dalam menyampaikan pendapatnya.
Terkait laporan terhadap Rocky Gerung yang diajukan oleh PDIP, Gilbert menegaskan bahwa pelaporan tersebut masih dalam koridor hukum. Ia juga menyatakan keprihatinan bahwa aksi membakar bendera PDIP oleh massa HMI dapat memperburuk situasi dan berdampak luas jika tidak ditangani dengan bijaksana.
Perlu diingat bahwa demokrasi memberikan hak kepada setiap orang untuk menyampaikan pendapatnya, tetapi harus dilakukan dengan cara yang sopan, tidak menghina, dan tidak merugikan pihak lain. Unjuk rasa adalah sarana yang sah untuk menyuarakan pendapat, namun, harus diingat bahwa tindakan ekstrem seperti membakar bendera partai politik dapat menimbulkan ketegangan dan dapat mengaburkan substansi dari pesan yang ingin disampaikan.
Sebagai bagian dari masyarakat yang memiliki beragam pandangan, kita harus selalu mengedepankan dialog dan diskusi yang konstruktif sebagai jalan untuk mencapai pemahaman bersama. Mengedukasi dan membuka ruang untuk dialog akan lebih efektif dalam memperbaiki ketidaksepahaman dan membangun masyarakat yang harmonis.
Situasi ini juga menjadi pengingat bagi organisasi mahasiswa dan masyarakat secara keseluruhan untuk menjunjung tinggi nilai-nilai toleransi, menghormati perbedaan, dan membangun budaya diskusi yang sehat dalam menangani perbedaan pendapat. Hanya dengan cara ini kita dapat menciptakan lingkungan yang kondusif untuk saling belajar dan memajukan bangsa secara bersama-sama. (In)