Jakarta | pikiranrakyat.org – Mantan Wakil Presiden Republik Indonesia Ke-10 dan Ke-12, Jusuf Kalla (JK), mengungkapkan bahwa minat orang Indonesia untuk menjadi pengusaha telah menurun. Menurutnya, penurunan ini disebabkan oleh tingginya biaya politik yang harus ditanggung.
Pernyataan tersebut disampaikan oleh JK dalam acara halal bihalal yang diadakan oleh Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI) di Hotel Borobudur, Jakarta, pada hari Jumat (12/5/2023). JK memulai dengan memberikan contoh di Makassar pada tahun 1950-an, di mana banyak pengusaha sukses yang hanya memiliki pendidikan hingga sekolah dasar (SD) atau sekolah menengah pertama (SMP).
“Zaman dulu, saya memberikan contoh di Makassar. Pada tahun 1950-an, terdapat sekitar 60 hingga 70 pengusaha sukses, termasuk ayah saya, yang hanya memiliki pendidikan SD dan SMP,” ujar JK.
Namun, saat ini semakin sedikit lulusan sarjana yang memiliki semangat untuk menjadi pengusaha. Salah satu faktor penyebabnya, menurut JK, adalah biaya politik yang tinggi. Diketahui bahwa orang-orang yang terlibat dalam dunia politik membutuhkan dana yang besar untuk keperluan kampanye dan sebagainya.
Orang-orang tersebut umumnya membutuhkan sponsor untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Hal ini membuat para pengusaha besar menjadi sponsor yang dipilih untuk menutupi biaya politik yang cukup besar. Di sisi lain, pengusaha kecil semakin terpinggirkan.
“Spirit untuk berwirausaha menurun. Namun, hal ini juga dipengaruhi oleh politik. Mengapa demikian? Karena adanya ambang batas sebesar 20%. Baik itu menjadi anggota DPR maupun Gubernur, tentu membutuhkan biaya, belum lagi biaya kampanye yang memerlukan sponsor,” jelasnya.
“Ketika seseorang menjadi pejabat, yang mendapatkan izin untuk real estate atau mal, terkadang taman pun berubah menjadi mal karena adanya utang. Seorang Bupati dengan gaji 7 juta rupiah, tetapi biaya untuk menjadi Bupati bisa mencapai ratusan miliar rupiah. Hal ini jelas merupakan salah satu faktor yang menaikkan biaya politik,” tambahnya.
JK menyebutkan bahwa hal ini merupakan masalah besar saat ini dan di masa depan. Jika masalah ini dibiarkan terus berlanjut, akan terjadi kesenjangan sosial dalam masyarakat.
“Jika hal ini terjadi, akan ada kesenjangan sosial yang kemudian bisa berujung pada konflik sosial. Sebagai contoh, sekarang saja, ibu-ibu yang menggunakan tas mahal langsung dianggap musuh oleh masyarakat,” ungkapnya.
Dengan demikian, JK menyoroti pentingnya mengatasi tingginya biaya politik yang dapat menghambat minat dan semangat wirausaha di Indonesia.(Rz)