Depok | pikiranrakyat.org – Susu gandum telah menjadi tren yang populer sebagai alternatif susu sapi yang dianggap lebih sehat. Namun, ada beberapa fakta penting yang perlu diperhatikan sebelum mengganti konsumsi susu sapi dengan susu gandum.
Banyak kedai kopi dan tempat lain yang menawarkan pilihan susu gandum sebagai opsi pengganti susu sapi. Namun, seringkali biaya tambahan dikenakan untuk memilih susu gandum, antara Rp 8 ribu hingga Rp 15 ribu. Beberapa orang mungkin memilih susu gandum karena alasan kesehatan atau karena mereka tidak dapat mengonsumsi produk hewani, tetapi banyak juga yang beralih karena anggapan bahwa susu gandum lebih sehat.
Susu gandum sering dipromosikan sebagai susu yang sehat karena cocok untuk pelaku diet vegan, bebas laktosa, dan tidak mengandung dairy atau produk susu lainnya. Namun, perlu diingat bahwa tidak semua susu gandum lebih sehat daripada susu sapi. Bahkan, susu gandum juga dapat memiliki dampak negatif pada kesehatan tubuh. Dokter dan ahli nutrisi Hans Kristian telah mengungkapkan kebenaran ini.
Susu gandum adalah salah satu jenis susu nabati yang terbuat dari gandum utuh atau gandum yang dikupas dan direndam dalam air. Setelah direndam, campurannya diaduk dan disaring untuk menghasilkan tekstur yang mirip susu dengan kekentalan lebih tinggi.
Susu gandum diketahui mengandung karbohidrat lebih tinggi dan kaya akan beta glucan, yang dapat membantu menjaga kadar kolesterol. Namun, perlu diperhatikan bahwa susu gandum memiliki jumlah kalori lebih tinggi dibandingkan susu almond tanpa pemanis. Satu cangkir susu gandum mengandung sekitar 100-120 kalori, sedangkan satu cangkir susu almond tanpa pemanis hanya mengandung sekitar 30-35 kalori.
Selain itu, tidak semua susu gandum yang ada di pasaran menawarkan manfaat kesehatan yang sama. Sebagian besar susu gandum yang ditemukan di pasaran sebenarnya tidak sehat.
Dalam unggahan video TikTok pribadinya (@itshanspra) pada tanggal 12 Juni, Dokter Hans menjelaskan beberapa fakta terkait susu gandum. Ia menjelaskan bahwa susu gandum tidak selalu menjadi pilihan yang lebih sehat. Jika dikonsumsi dengan cara yang salah, susu gandum justru dapat berbahaya.
Mayoritas susu gandum yang ada di pasaran tidak menggunakan gandum berkualitas baik. Umumnya, susu gandum terbuat dari gandum komersial yang mengandung gluten. Hal ini disebabkan karena gandum tersebut ditanam bersama dengan tanaman lain, sehingga terjadi kontaminasi silang. Akibatnya, gandum yang dihasilkan memiliki kandungan gluten seperti jenis tepung lainnya.
Hans menjelaskan bahwa jumlah gandum dalam susu gandum yang dikemas sangat sedikit. Rata-rata susu gandum kemasan hanya mengandung sekitar 10% gandum. Bahan lain yang terdapat dalam kemasan susu gandum tersebut adalah air, penstabil, kalsium karbonat, minyak kanola, dan beberapa bahan tambahan lainnya. Menurut Hans, minyak kanola juga dapat berbahaya karena tinggi kandungan omega-6 yang dapat menyebabkan peradangan.
Meskipun susu gandum sering diklaim sebagai bebas gula, hal ini tidak berarti bahwa susu tersebut tidak berpengaruh pada kenaikan gula darah. Hans menjelaskan bahwa klaim “bebas gula” berarti tidak mengandung gula tebu atau gula putih. Namun, orang yang mengonsumsinya tidak sepenuhnya terbebas dari efek peningkatan gula darah.
Proses pembuatan susu gandum melibatkan penambahan enzim yang disebut amilase. Amilase juga merupakan enzim yang ada dalam air liur kita. Ketika enzim buatan ini ditambahkan, kandungan karbohidrat dalam susu gandum berubah menjadi maltosa. Maltosa memiliki indeks glikemik yang jauh lebih tinggi dibandingkan gula putih. Bahkan dibandingkan dengan laktosa pada susu sapi, indeks glikemik maltosa dalam susu gandum masih jauh lebih tinggi. Laktosa memiliki indeks glikemik sebesar 46.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa susu gandum tidak selalu lebih baik daripada susu sapi. Jika ingin mengonsumsi susu gandum, sebaiknya memilih susu gandum organik yang benar-benar mengandung gandum berkualitas tinggi dan tidak mengandung bahan tambahan lainnya. Penting untuk selalu membaca label produk dan memeriksa kandungan serta proses pembuatannya sebelum memutuskan untuk mengganti konsumsi susu sapi dengan susu gandum. (In)
