Depok | pikiranrakyat.org – Industri kripto dan blockchain terus berkembang pesat, dan perkembangan ini telah mendorong munculnya berbagai jenis kripto selain Bitcoin yang dikenal sebagai Altcoin, singkatan dari “alternatif coin”.
Menurut data dari CoinMarketCap, pada tahun 2022 terdapat sekitar 10.000 aset kripto yang termasuk dalam kategori Altcoin dan masih aktif hingga saat ini. Jadi, apa sebenarnya Altcoin itu?
Altcoin adalah istilah yang menggabungkan kata “alternatif” dan “coin”, yang merujuk pada semua kripto alternatif selain Bitcoin. Dengan kata lain, Altcoin merujuk pada cryptocurrency yang muncul setelah kehadiran Bitcoin.
Sejak kemunculan Bitcoin, terdapat lebih dari 5.000 coin lain yang muncul pada awal tahun 2000-an. Setiap Altcoin mencoba menawarkan sesuatu yang berbeda dari Bitcoin. Mereka bersaing dalam berbagai hal, seperti keamanan privasi yang lebih baik atau metode penyebaran koin yang berbeda.
Altcoin sendiri memiliki jenis atau tipe yang berbeda-beda, termasuk Mining Based, Security Tokens, Stablecoin, dan Utility Tokens. Beberapa contoh Altcoin yang populer saat ini termasuk Ethereum, Ripple, Binance, Cardano, dan masih banyak lagi.
Salah satu perbedaan mencolok antara Altcoin dan Bitcoin adalah fungsi dan peran mereka dalam pasar aset kripto. Bitcoin memiliki dua fungsi utama sebagai alat pembayaran digital dan sebagai “emas digital” dengan nilai yang terus meningkat.
Sementara itu, Altcoin mengisi kelemahan Bitcoin dan memiliki berbagai fungsi yang berbeda-beda. Sebagai contoh, Ethereum (ETH) berperan sebagai biaya transaksi dan digunakan dalam berbagai aplikasi, sementara stablecoin seperti USDT dan USDC digunakan untuk melindungi nilai aset saat pasar sedang lesu.
Salah satu contoh Altcoin yang menarik adalah Bitcoin Diamond (BCD). Bitcoin Diamond merupakan blockchain yang dihasilkan dari proses forking dari blockchain Bitcoin. Tim pengembang Bitcoin Diamond berusaha meningkatkan protokol Bitcoin Diamond untuk mengatasi masalah biaya transaksi Bitcoin yang tinggi, waktu konfirmasi yang lambat, sentralisasi penambangan, dan masalah skalabilitas.
Menurut Coinmarketcap, Bitcoin Diamond diciptakan oleh tim di balik BCD yang berpendapat bahwa Bitcoin asli tidak sepenuhnya memenuhi tujuan Satoshi Nakamoto untuk menjaga desentralisasi Bitcoin.
Tim Bitcoin Diamond berupaya membangun rantai blok yang lebih baik dan melakukan beberapa perubahan pada protokolnya untuk meningkatkan penggunaannya sebagai sistem kas elektronik peer-to-peer.
Bitcoin Diamond memiliki kecepatan transaksi, keamanan jaringan, dan skalabilitas yang lebih baik daripada Bitcoin. Tim pengembang Bitcoin Diamond juga berusaha membuat proses penambangan lebih mudah diakses dan terdesentralisasi.
Blockchain Bitcoin Diamond mampu memproses hingga 100 transaksi per detik, dan setiap blok di jaringan dapat menampung hingga 8MB data transaksi. Jaringan Bitcoin Diamond juga menerapkan SegWit. Waktu rata-rata untuk pembentukan satu blok adalah 10 menit, dan kesulitan jaringan disesuaikan setiap 12 jam.
Bitcoin Diamond menggunakan algoritme proof of work X13, yang bertindak sebagai penghalang bagi penambang ASIC dan mendorong penggunaan penambangan dengan GPU.
Bitcoin Diamond dibuat saat terjadi fork pada jaringan Bitcoin pada 24 November 2017 pada blok ke-495.866. Saat fork terjadi, snapshot diambil dari blockchain Bitcoin, dan untuk setiap Bitcoin yang dimiliki seseorang, mereka menerima 10 BCD pada rantai Bitcoin Diamond.
Total pasokan Bitcoin Diamond (210 juta) sepuluh kali lebih besar dari total pasokan Bitcoin (21 juta). Dari jumlah itu, 170 juta BCD diberikan, dengan 10 BCD diberikan untuk setiap 1 BTC yang dimiliki individu saat fork terjadi, dan 40 juta BCD lainnya secara otomatis ditransfer ke kumpulan hadiah komunitas sebagai upeti dan hadiah penambangan.
Dengan berbagai jenis Altcoin yang ada, termasuk Bitcoin Diamond, para investor dan pengguna kripto memiliki lebih banyak pilihan untuk mendiversifikasi portofolio dan memanfaatkan berbagai fungsi dan fitur yang ditawarkan oleh masing-masing Altcoin. Namun, perlu diingat bahwa investasi dalam kripto juga melibatkan risiko tinggi, dan penting untuk melakukan riset yang teliti sebelum melakukan investasi apa pun. (In)