back to top
spot_img
🌙 🕌 𝗧𝗮𝗾𝗮𝗯𝗯𝗮𝗹𝗮𝗹𝗹𝗮𝗵𝘂 𝗠𝗶𝗻𝗻𝗮 𝗪𝗮 𝗠𝗶𝗻𝗸𝘂𝗺 🕌 🌙 — Selamat Hari Raya 𝗜𝗱𝘂𝗹 𝗙𝗶𝘁𝗿𝗶 𝟭𝟰𝟰𝟲 𝗛 ✨ 🙏 Semoga Allah menerima amal ibadah kita, mengampuni dosa-dosa kita, dan melimpahkan rahmat serta keberkahan bagi kita semua. 🤲 𝗠𝗼𝗵𝗼𝗻 𝗠𝗮𝗮𝗳 𝗟𝗮𝗵𝗶𝗿 𝗱𝗮𝗻 𝗕𝗮𝘁𝗶𝗻.
🌙 🕌 𝗧𝗮𝗾𝗮𝗯𝗯𝗮𝗹𝗮𝗹𝗹𝗮𝗵𝘂 𝗠𝗶𝗻𝗻𝗮 𝗪𝗮 𝗠𝗶𝗻𝗸𝘂𝗺 🕌 🌙 — Selamat Hari Raya 𝗜𝗱𝘂𝗹 𝗙𝗶𝘁𝗿𝗶 𝟭𝟰𝟰𝟲 𝗛 ✨ 🙏 Semoga Allah menerima amal ibadah kita, mengampuni dosa-dosa kita, dan melimpahkan rahmat serta keberkahan bagi kita semua. 🤲 𝗠𝗼𝗵𝗼𝗻 𝗠𝗮𝗮𝗳 𝗟𝗮𝗵𝗶𝗿 𝗱𝗮𝗻 𝗕𝗮𝘁𝗶𝗻.

Pembelajaran Berdeferensiasi Dalam Pandangan Progresivisme

Date:

Pemalang | pikiranrakyat.org – Pendidikan memiliki dimensi yang luas dan kompleks, di mana esensi utamanya adalah interaksi antara pendidik dan murid guna mencapai tujuan pendidikan. Interaksi ini terjadi dalam suatu lingkungan yang melibatkan unsur fisik, sosial, dan intelektual, yang dikenal sebagai lingkungan pendidikan.

Supriyono, S.Pd. M.Pd, seorang Pengawas Sekolah di Dindikbud Kabupaten Pemalang, menjelaskan bahwa pendidikan tidak hanya mengacu pada transfer pengetahuan, tetapi juga pada pemberian dan penanaman nilai-nilai kepada murid, Rabu (23/08/2023)

Lebih lanjut Supriyono menambahkan bahwa maksud dari memberikan nilai-nilai kepada murid, yaitu berperan aktif untuk dapat membantu mengembangkan potensi diri dan kemampuan murid serta karakteristiknya kearah yang lebih positif.

Berdasarkan Undang-Undang Sisdiknas (Sistem Pendidikan Nasional) No.20 tahun 2003 dijabarkan bahwa peran dan fungsi pendidikan ialah mengembangkan membentuk watak dan mengembangkan kemampuan murid, serta membangun peradaban bangsa yang bermartabat untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam hal ini yang dimaksud dengan mengembangkan potensi murid, merupakan segala upaya agar menciptakan murid menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, sehat, berakhlak mulia, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Menurut filosofi Ki Hajar Dewantara, tugas seorang pendidik adalah menuntun anak untuk dapat tumbuh dan berkembangnya sesuai kodrat anak tersebut dalam mendapat kebahagiaan dan keselamatan. Dengan kata lain, seorang pendidik membimbing dan menuntun anak sesuai potensi, minat dan bakat serta kemampuan yang dimilikinya untuk mencapai keberhasilan dan kebahagiaan (Masitoh & Cahyani, 2020).

Upaya perwujudan tujuan pendidikan nasional dan proses pembelajaran yang selama ini berjalan seperti dua sisi mata uang, dekat tetapi tak selaras. Selama ini, perkembangan pendidikan pada jenjang/tingkatan yang sama memiliki kecendrung menyeragamkan proses pembelajaran pada setiap murid, menganggap setiap murid memiliki kemampuan dan minat yang sama, murid tidak akan mampu menyelesaikan masalah pada tingkat yang lebih tinggi jika belum berada pada tingkatan tersebut, serta perbedaan yang muncul pada diri setiap murid merupakan suatu masalah, akhirnya mempengaruhi penilaian terhadap murid.

Kondisi dimasa pandemi yang melanda kehidupan secara global juga mempengaruhi kondisi pembelajaran sehingga kebutuhan belajar murid terabaikan. Idealnya, dalam keadaan apapun proses pembelajaran itu harus mengutamakan kebutuhan belajar murid, dengan melakukan diagnosis awal terhadap keadaan psikis, latar belakang dan kesiapan belajar murid.

Sehingga dalam kondisi pemulihan pendidikan dan pembelajaran di masa pandemi, pemerintah melaksanakan program merdeka belajar salah satunya dengan mengiplementasikan kurikulum merdeka yang telah dimulai sejak tahun 2021 yang lalu, terang Supriyono.

Salah satu upaya dalam mengembangkan konsep merdeka belajar yang sedang dicanangkan dalam Sistem Pendidikan Nasional saat ini, dan sesuai dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara adalah pembelajaran berdiferensiasi. Pembelajaran berdiferensiasi merupakan seperangkat kegiatan pembelajaran yang memeperhatikan kebutuhan belajar murid, oleh karena itu esensi dari pembelajaran berdiferensiasi sejalan dengan aliran progresivisme.

Filsafat progresivisme sangat mendukung proses pendidikan yang berpusat pada murid (student center) dan bertujuan mengembangkan berbagai aspek kemampuan individu dalam menghadapi kemajuan zaman yang semakin maju dan kompleks (Fadlillah, 2017). Aliran filsafat progresivisme ini menginginkan perubahan sehingga bertentangan dengan proses pendidikan esensialisme dan perennialisme yang cenderung konvensional dan stagnan (Ibrahim, 2018).

Pandangan progresivisme dikaitkan dengan pandangan hidup liberal, tidak kaku, dimana manusia dapat survive dalam menghadapi tantangan. Sehingga, aliran ini bersifat instrumentalisme dan eksperimentalisme (Faizi et all,2017). Sifat instrumentalisme yang beranggapan bahwa manusia mempunyai kemampuan intelektual sebagai alat untuk hidup dan mengembangkan kepribadiannya, sedangkan secara eksperimentalisme karena manusia dapat mempraktekkan asas eksperimen untuk menguji kebenaran suatu teori. Kemudian dinamakan enviromentalisme karena dapat dipengaruhi oleh lingkungan pada pembinaan kepribadian individu (Muttaqin, 2016).

Sifat progresivisme tersebut seirama dengan konsep pembelajaran berdiferensiasi, yaitu suatu bentuk usaha dalam proses pembelajaran dengan memperhatikan kebutuhan belajar setiap murid, tetapi tidak memberatkan guru. Dimana guru dapat mengeksplor diri, mendesain pembelajaran sesuai dengan pemetaaan kebutuhan belajar murid. Aliran Progresivisme memiliki ciri kemajuan atau progress, mengutamakan masa depan, dan memandang kekhawatiran dan keagungan masa lalu sebagai kiasan diterjemahkan untuk masa mendatag.

Dimana hal positif untuk modal suatu perjuangan dan yang negatif sebagai pengingat agar tidak mengulang kembali. Filsafat progresivisme dalam dunia pendidikan merupakan reaksi atas sistem pendidikan konvensional yang dianggap tradisional-konservatif dan lebih mengutamakan metode pembelajaran ekstruktional (pengajaran formal), menekankan pada mental learning, dan kemampuan baca tulis murid.

Dalam konsep progresivisme, pendidikan bukan sekadar mentransfer pengetahuan kepada murid, tetapi juga melatih kemampuan dan keterampilan dengan memberikan rangsangan yang tepat kepada mereka (J.Hendrik Rapar, 1996).

John Dewey adalah pelopor aliran progresivisme dalam bidang pendidikan Sejak awal kelahirannya, aliran ini berusaha menanggapi secara positif tentang pengaruh yang bersumber dari ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain itu, pertumbuhan dan perkembangan masyarakat dipandang secara optimistis dan dikembalikan kepada kemampuan manusia. Filsafat menjadi pondasi dalam pelaksaanaan suatu kurikulum karena dapat membantu pengembang kurikulum menentukan proses, tujuan dan sasaran kurikulum pendidikan (Susilawati, 2021), pungkas Supriyono. (Eko B Art).

Share post:

Subscribe

spot_img

Popular

Berita terkait
Related

Wali Kota Depok Diminta Tegas! Warga Geram, Tak Mau Kotanya Jadi Arena Konflik Debt Collector dan Ormas

DEPOK | Pikiranrakyat.org – Keributan antar debt collector dan...

DPD IKM Depok Jalin Komunikasi Strategis dengan Pimpinan DPRD

DEPOK | Pikiranrakyat.org - Dalam mempererat silaturahmi dan membangun...

DP3AP2KB Depok Dampingi Korban Kekerasan Seksual Anak, Ini Kronologisnya!

Depok | Pikiranrakyat.org – Pemerintah Kota (Pemkot) Depok langsung...

Proyek Drainase Abaikan K3, PUPR Kota Depok Jangan Tutup Mata!

Depok | Pikiranrakyart.org – Proyek rehabilitasi drainase di Jalan...