Pemalang | pikiranrakyat.org – UMKM Kopi Pulosari Cap Tugu Juang adalah suatu usaha mikro yang dimiliki oleh perorangan yang bergerak dibidang produksi kopi di Desa Pulosari, Kecamatan Pulosari, Kabupaten Pemalang.

Wasito Al Hasan, pemilik UMKM Kopi Pulosari Cap Tugu Juang, menceritakan bahwa di tahun 2016 merupakan awal berdirinya UMKM ini dengan tujuannya adalah untuk memperkenalkan komoditas kopi dari Desa Pulosari kepada dunia perkopian.
Sebagai usaha yang menggeluti bidang perkopian, tentunya dalam proses produksinya banyak menghasilkan limbah, baik itu limbah organik maupun anorganik.
Contoh proses yang menghasilkan limbah organik adalah pulping dan hulling. Proses pulping merupakan tahapan pemisahan biji kopi dengan kulitnya pada buah kopi yang baru saja dipanen (tanpa dijemur). Sedangkan proses hulling adalah tahapan pemisahan biji kopi dengan kulitnya setelah proses penjemuran.
Kulit kopi basah dari proses pulping timbulan limbah kulit kopi di UMKM ini disimpan dalam karung dan ruangan khusus untuk dikumpulkan dan dijadikan sebagai pakan ternak. Selain dimanfaatkan sebagai pakan ternak, limbah kulit kopi juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan utama pembuatan pupuk cair organik.
Pupuk cair organik adalah cairan penyubur tanaman yang dibuat dengan memanfaatkan limbah organik seperti sampah dapur, kulit buah, dan lain-lain yang mengandalkan proses fermentasi yang dibantu dengan bioaktivator berupa EM4.
Mahasiswa Teknik Lingkungan UNDIP, Wiken Mayaratih memanfaatkan limbah kulit kopi dan kulit buah sebagai bahan utama dalam membuat pupuk organik cair. Bahan lainnya adalah air cucian beras, gula merah, dan EM4 sebagai bioaktivator, Minggu (13/08/2023).
“Proses pembuatannya cukup mudah, yaitu dengan mencampurkan semua bahan kedalam toples yang tertutup rapat untuk menghindari oksigen masuk agar proses fermentasi anaerob dapat berjalan baik. Proses fermentasi pada pembuatan pupuk organik cair berlangsung selama 7-10 hari. Tanda pupuk organik cair sudah dapat dipanen adalah dari baunya yang menyerupai tape (bau fermentasi),” terang Wiken Mayaratih.
Penampakan pupuk organik cair sebelum dan sesudah fermentasi selama 7 hari
Manfaat pupuk organik cair bagi tanaman adalah dapat meningkatkan kualitas hasil panen sehingga berpengaruh pada harga pasarnya.
“Selain itu, pupuk organik cair juga dapat langsung diserap oleh daun untuk proses fotosintesis dan sembagai sumber unsur hara lengkap. Bagi lingkungan, pemakaian pupuk organik cair juga secara tidak langsung dapat mengurangi timbulan limbah organik di UMKM dan sekitarnya,” pungkas Wiken Mayaratih.
Dalam kesempatan tersebut Dosen Pembimbing Dr. Heni Rizqiati, S.Pt., M.Si. beserta Dr. Fahmi Arifan, ST, M.Eng, menyampaikan “Pemanfaatan kulit kopi sebagai pupuk organik cair itu ide bagus, bisa mengurangi sampah kulit kopi di rumah Pak Hasan. Semoga dari proker ini bisa diterapkan oleh masyarakat sekitar.” Ujar Fahmi Arifan, Dosen Pembimbing Lapangan. (Eko B Art)